Kusta atau Lepra
Posted by Admin 1 on 00.11
Kusta yang juga dikenal
dengan nama lepra atau penyakit Hansen adalah penyakit yang menyerang kulit,
sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, serta mata.
Sistem saraf yang diserang bisa menyebabkan penderitanya mati rasa.
Kusta disebabkan oleh
sejenis Bakteri Mycobacterium leprae yang memerlukan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang
di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul setelah bakteri
menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.
Meskipun dulu sempat
menjadi penyakit yang ditakuti, saat ini kusta tergolong penyakit yang mudah
diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa daerah di Indonesia masih dianggap
sebagai kawasan endemik kusta oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Gejala Kusta
Gejala dan tanda kusta
sukar diamati dan muncul sangat lambat. Beberapa di antaranya adalah:
§
Mati rasa. Tidak bisa merasakan perubahan suhu
hingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
§
Pembesaran pembuluh darah, biasanya di sekitar
siku dan lutut.
§
Perubahan bentuk atau kelainan pada wajah.
§
Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
§
Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
§
Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang
mengedip biasanya dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
§
Lemah otot atau kelumpuhan.
§
Hilangnya jari jemari.
WHO menggolongkan kusta
menjadi dua jenis berdasarkan kondisi luka pada kulit penderita, yaitu:
§
Paucibacillary. Ada luka kulit
tanpa bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.
§
Multibacillary. Ada luka kulit
dengan bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.
Penyebab Kusta dan Faktor Risiko
Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh pesat pada
bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki dan lutut.
M. leprae termasuk jenis
bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang di dalam beberapa sel manusia dan
hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah melalui cairan dari hidung
yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau bersin.
Selain penyebab utamanya,
ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap
penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:
- § Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung tangan.Beberapa di antaranya adalah armadilo dan simpanse afrika.
- § Melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta.
- § Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
- § Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.
Diagnosis Kusta
Kebanyakan kasus kusta
didiagnosis berdasarkan temuan klinis, karena penderita biasanya bertempat
tinggal di daerah yang minim peralatan laboratorium. Bercak putih atau merah
pada kulit yang mati rasa dan penebalan saraf perifer (atau saraf yang terletak
di bawah kulit dapat teraba membesar bahkan terlihat) seringkali
dijadikan dasar pertimbangan diagnosis klinis. Pada kawasan endemik kusta,
seseorang bisa dianggap mengidap kusta apabila menunjukkan salah satu dari dua
tanda utama berikut ini:
§ Adanya bercak pada kulit
yang mati rasa.
§ Sampel dari usapan kulit
positif terdapat bakteri penyebab kusta.
Pengobatan Kusta
Mayoritas penderita
kusta yang didiagnosis secara klinis akan diberi kombinasi antibiotik sebagai
langkah pengobatan selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter harus memastikan jenis
kusta serta tersedianya tenaga medis yang mengawasi penderita untuk menentukan
jenis, dosis antibiotik, serta durasi pengobatan.
Pembedahan umumnya
dilakukan sebagai proses lanjutan setelah pengobatan antibiotik. Tujuan
prosedur pembedahan bagi penderita kusta meliputi:
§ Menormalkan fungsi saraf
yang rusak.
§ Memperbaiki bentuk tubuh
penderita yang cacat.
§ Mengembalikan fungsi
anggota tubuh.
Risiko komplikasi kusta
dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut didiagnosis dan
diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta
terlambat diobati adalah:
- § Mati rasa atau kebas. Kehilangan sensasi merasakan rasa sakit yang bisa membuat orang berisiko cidera tanpa menyadari dan rentan terhadap infeksi.
- § Kerusakan saraf permanen.
- § Otot melemah.
- § Cacat progresif. Contohnya kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan dan hidung.
info lengkap: https://youtu.be/MJJoVSSM7zE atau Hubungi Puskesmas Magelang Utara